Sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian pengrajin batik dampingannya, Ademos mengadakan Sosialisasi Pembuatan Cap Batik Alternatif dan Focus Group Discussion (FGD) Buku Batik Jonegoro
Acara ini dilakukan setelah ditemukannya alat batik cap murah oleh Muhajir, salah satu pendamping Ademos yang bertugas mendampingi pengrajin batik Jonegoroan binaan Ademos. Alat batik cap temuannya ini dianggap mampu menjawab permasalahan yang dihadapi oleh para pengrajin pemula yang tidak memiliki modal besar, sehingga cap batik yang saat ini berharga mahal tidak lagi menjadi keluhan pada pengrajin.
Alat yang ditemukan pemuda asal Desa Panjunan Kecamatan Kalitidu tersebut memang cukup membantu pengrajin batik Jonegoroan, karena hanya dengan biaya yang kurang lebih sekitar Rp 50.000,- sudah dapat membuat alat cap batik. Angka tersebut sangat murah bila dibandingkan dengan alat cap batik buatan Solo yang untuk memilikinya harus mengeluarkan uang jutaan rupiah.
“Harapan saya, dengan alat cap batik yang saya buat ini, para pengrajin dapat memiliki alat cap batik dengan biaya yang murah, sehingga tidak perlu meminjam lagi ke pengrajin lainnya,” terang Muhajir dalam sela-sela acara yang diadakan di kebun belimbing.
Dalam acara itu juga disampaikan bahwa Ademos akan menulis buku tentang batik Jonegoroan. Dalam buku tersebut, juga akan diulas perjalanan Ademos dalam mendampingi pengrajin, suka duka yang dialami pengrajin, masalah-masalah yang menghambat dan kisah-kisah sukses yang telah dicapai oleh para pengrajin batik Jonegoroan.
“Segera ditulis ya mas bukunya, agar kami bisa berbagi kisah duka dan sukses dengan orang lain,” Ujar bu Masriah salah satu peserta sosialisasi dan juga salah satu pengrajin batik Jonegoroan binaan Ademos.
Selain dua hal tersebut, permasalahan yang dihadapi pengrajin batik Jonegoroan binaan Ademos juga diulas. Tujuaanya agar masalah-masalah yang dihadapi pengrajin dapat teridentifikasi dan segera ditemukan solusinya. Kehadiran Edi Arto selaku PGA ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) menambah semangat para pengrajin dalam acara tersebut.
“Kami masih kesulitan untuk menurunkan biaya produksi dan pemasaran.” Ujar salah satu peserta sosialisasi.
Sementara itu Edi Arto menanggapi bahwa masalah-masalah yang dihadapi pengrajin segera ditemukan solusinya, sehingga para pengrajin mampu menjalankan dan mengembangkan usahanya secara mandiri.
“Semoga masalah-masalah terkait biaya produksi dan pemasaran harus segera ditemukan solusinya. Apabila sekarang sudah ditemukan alat cap batik, kedepannya nanti kami berharap Ademos segera ditemukan sosuli-solusi lain yang dapat membawa pengrajin meraih kemandirian, “Pungkasnya.
Oleh : A. Shodiqurrosyad