ademosindonesia.or.id – Memang benar bahwa ngaji memang tidak melulu soal ritual keagamaan, mengkaji tentang permasalahan sosial juga bisa dinamai dengan ngaji yaitu ngaji sosial. Kalau mengkaji tentang enterpreneur ya namanya ngajipreneur. Istilah ngajipreneur ini sepertinya juga masih asing di telinga kita. Ademos Indonesia sebagai lembaga yang selalu berusaha untuk berinovasi menemukan hal-hal baru dan bertindak kreatif mencoba mengusung ini untuk mengisi ngabuburit ramadhan di hari ke 21 ramadhan ini. Istilah ini digunakan untuk memaknai sinau bareng tentang kewirausahaan. Selain mengundang warga sekitar, Ademos juga mengundang pegiat wirausaha Desa Dolokgede dan sekitarnya.
Hari ini (06/06) (masih dalam lingkup bulan Ramadhan) masyarakat desa yang biasanya diajak ngaji bab ritual keagamaan mulai dikenalkan pada ngaji bab kewirausahaan. Ademos mengundang Kyai Toha Abrori seorang guru ngaji, pengurus pondok pesantren tetapi juga seorang pegiat wirausaha berasal dari Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro untuk berbagi pengalamannya dalam berwirausaha.
“Hari ini banyak sekali pengusaha yang sukses tetapi sangat jauh dari ritual-ritual keagamaan” Dawuh Kyai Toha
Pernyataan sederhana ini diakui 75% benar oleh jamaah pengajian sore tadi. Bahwa ada banyak orang yang sibuk menumpuk harta tetapi lupa bahwa ada kewajiban lain yang harus dipenuhi. Bagi seorang muslim menjadi pengusaha yang kaya tidak kemudian menggugurkan kewajibannya atas sholat, zakat, puasa serta rukun-rukun yang lainnya. Namun yang banyak terjadi adalah meninggalkan sholat karena sudah merasa cukup, menyepelekan puasa karena sudah merasa punya cukup uang untuk membeli makanan sehat.
Dalam bahasanya yang sederhana Kyai Toha meringkas pentingnya ngajipreneur ini dengan pernyataan berikut,
“Saya ingin mengajak jamaah sekalian untuk mendapatkan banyak uang tetapi tidak menyukai uang dan justru malah disukai oleh uang,” Kata Kyai Toha.
Petuah semacam ini memang tampak sederhana tetapi maknanya sangat dalam. Bahwa menjadi wirausaha memang ditujukan untuk memperoleh harta lebih tetapi ada hal yang perlu diingat bahwa manusia tidak boleh melulu memikirkan harta apalagi jika sampai sangat menyukai harta. Yang harus dilakukan oleh manusia adalah membuat si uang berbalik menyukainya yakni ia akan datang meski 24 jamnya manusia tidak ia gunakan untuk mencarinya.
Di menit-menit terakhir beliau menceritakan alasannya kenapa beliau memilih untuk berwirausaha agar para warga dan para pegiat wirausaha yang datang mempunyai motivasi yang sama dengan Kyai Toha. Alasannya untuk berwirausaha adalah agar ia mampu lebih banyak lagi berbagi kepada sesama manusia. Beliau ingin menjadi jembatan bagi orang-orang yang tidak mampu menuju mampu. Beliau juga ingin menjadi alat penyambung bagi anak-anak yang tidak mampu bersekolah menjadi bersekolah. Bahwa kaya bukan diukur dari seberapa banyak harta yang telah dikumpulkan tetapi kaya adalah tentang seberapa banyak yang sudah kita bagi. (*ana/ademos)