Bojonegoro, 03 Agustus 2020, Asosiasi untuk Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial (Ademos) bersama Konsorsium Penguatan Desa Tanggap COVID-19 (PDTC) yang terdiri dari Yayasan Pengembangan Kemanusiaan Donders (YPKD), Atmawidya Alterasi Indonesia (AAI), dan Association of Resiliency Movement (ARM), bekerja sama mendukung pemerintah Kabupaten Bojonegoro meningkatkan kualitas pelayanan data dan informasi terkait penanganan pandemi COVID-19 bagi kelompok rentan dan marginal di Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa Timur, khususnya di desa Dolokgede dan desa Kacangan.
Dalam pertemuan teknis yang diselenggarakan baru-baru ini, Ketua Ademos, Mohammad Kundori, menyebutkan bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk memperkuat kerja sama antara pemerintah dan organisasi masyarakat sipil dalam pelayanan data-informasi.
“Sehingga pelayanan kesehatan dan perlindungan sosial ekonomi berkelanjutan bagi kelompok rentan dan marginal dapat berjalan dengan baik selama masa pandemi COVID-19,” Mohammad Kundori menuturkan. “Selain itu kita juga akan memotret peta bencana lainnya, baik bencana alam, non-alam, teknologi dan sosial. Dari peta bencana tersebut, kita akan bersama-sama menyusun tim relawan kebencanaan beserta acuan kerjanya yang kemudian tim ini dilatih keterampilan dalam penanganan dan penanggulangan bencana,” Mohammad Kundori melanjutkan.
Pertemuan tersebut melibatkan Kepala Desa, Perangkat Desa, Bidan Desa, BPD, PKK, Karang Taruna, Kelompok Masyarakat, Komunitas Pelaku Usaha, Tokoh Masyarakat, Perlindungan Masyarakat (LINMAS), Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) dan berbagai perwakilan kelompok rentan dan marginal setempat. Kegiatan tersebut dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat, seperti jaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, dan cek suhu.
Kepala Desa Dolokgede, Nunuk Sri Rahayu, menyambut baik kegiatan ini.
“Warga saya masih banyak yang tidak mau menerapkan protokol kesehatan, padahal COVID-19 sampai saat ini belum ada obatnya. Dengan adanya program ini kami berharap mampu meningkatkan kesadaran warga Dolokgede akan pentingnya saling menjaga antar sesama,” Nunuk Sri Rahayu menjelaskan.
Di tempat terpisah, Kepala Desa Kacangan, M. Aziz Ghozali, mengatakan bahwa selain COVID-19, banyak bencana lain yang sering terjadi di Desa Kacangan.
“Saya menggaris-bawahi fokus program ini yang pertama adalah terkait dengan kesehatan, yang kedua adalah bencana. Keduanya sama-sama penting, contohnya adalah tentang dalam pencegahan penyakit demam berdarah. Saat ini fokus pada COVID-19, namun di sisi lain demam berdarah juga penyakit yang membunuh. Dengan adanya ini saya mengusulkan untuk dibentuknya relawan kesehatan, strategi mobilisasi, dan pengetahuan sejak dini tentang wabah demam berdarah,” kata M. Aziz Ghozali. Menurutnya, kebakaran, tanah longsor, kekeringan merupakan jenis bencana yang juga harus ditingkatkan penanganan dan penanggulangannya.
Pertemuan teknis ini merupakan rangkaian awal dari berbagai program kegiatan Ademos sebagai upaya penguatan ketangguhan desa dalam mencegah, menangani dan mengelola resiko pandemi COVID-19 yang akan dilakukan selama 6 (enam) bulan ke depan. Kegiatan ini didukung oleh SIAP SIAGA, program kemitraan antara pemerintah Australia dan pemerintah Indonesia untuk kesiapsiagaan Bencana. Selain di Kabupaten Bojonegoro, program ini juga dilakukan di Kabupaten Sumba Barat Daya Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).