Oleh : Tim Ademos
Ademos Indonesia – Konteks pemberdayaan desa, serta inspirasi dalam membangunnya dapat hadir melalui beragam cara. Di tengah maraknya tren membangun Start Up, kita tetap tidak boleh lupa bahwa beberapa sektor ekonomi masyarakat seperti UMKM, koperasi, badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan lain sebagainya juga memiliki andil yang signifikan dalam perekonomian baik dalam skala lokal maupun nasional. Jangan salah, meski terlihat ‘lawas’, bentuk-bentuk ini justru efektif di berbagai situasi dan lokasi.
Bagi warga Bojonegoro, BUMDes tentu bukan sesuatu yang asing, sebab Pemerintah setempat cukup menaruh atensi atas pelaksanaannya. Bahkan sejak tahun 2010, Pemerintah telah memiliki kebijakan untuk melakukan pendampingan terhadap BUMDes. Melalui DPMD atau Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, pendampingan dilakukan dengan membuka peluang bagi 25 pendamping yang akan diseleksi dengan persyaratan yang telah ditentukan. Pendampingan dinilai penting sebab bagi BUMDes yang memperoleh dana hibah, akan mendapatkan pembiayaan sebesar Rp 100.000.000,00. Harapannya, pendampingan mampu mengoptimalkan kinerja BUMDes dengan dana yang sudah diterima.
Jika ditarik ke pertanyaan dasar, apa sebenarnya yang disebut sebagai BUMDes? BUMDes sendiri merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki desa melalui penyertaan modal langsung yang berasal dari kekayaan desa. Lembaga ini digadang-gadang sebagai kekuatan yang akan bisa mendorong terciptanya peningkatan kesejahteraan dengan cara menciptakan produktivitas ekonomi bagi desa dengan berdasar pada ragam potensi yang dimiliki desa. BUMDes harus lahir atas kehendak seluruh warga desa yang diputuskan melalui Musyawarah Desa (Musdes). Musdes adalah forum tertinggi melahirkan berbagai keputuan utama dalam BUMDes mulai dari nama lembaga, pemilihan pengurus hingga jenis usaha yang bakal dijalankan (berdesa.com). Sedangkan jenis-jenis usaha yang dilakukan sangat variatif, tergantung pada kreatifitas masyarakat setempat. Seperti usaha berbentuk layanan, penyewaan, permodalan, dan lain sebagainya.
Kabar baiknya, BUMDes dapat memberikan keuntungan yang signifikan jika dikelola dengan baik sebagaiman BUMDes Sri Sedani. Apakah sudah familiar dengan BUMDes tersebut? Sri Sedani merupakan salah satu BUMDes di Bojonegoro yang sukses dengan usaha penyewaan pompa air. Dalam satu tahun, omzet bersihnya mampu mencapai satu milyar lebih. BUMDes ini berdiri sejak tahun 1966, namun bentuk usahanya masih relevan hingga sekarang karena air bagi pertanian tentu mutlak diperlukan. Mereka berangkat dari pemikiran yang sederhana: adanya kebutuhan atas penyediaan pengairan sawah (Surya.co.id). Bisa dibayangkan, jika setiap BUMDes beroperasi secara maksimal, perekonomian masyarakat dapat meningkat sedikit demi sedikit. Terdapat 1001 cara untuk mencapai Desa Berdaya, salah satunya melalui BUMDes. Melihat pola kerja BUMDes selama ini, setidaknya kita dapat mempersiapkan beberapa hal berikut: pertama, masyarakat yang memiliki semangat untuk berwirausaha dan berinovasi untuk menyelesaikan masalah sosial serta meningkatkan taraf ekonomi; kedua, dukungan dari Pemerintah setempat; ketiga, dukungan lembaga-lembaga lain seperti Perusahaan melalui program-program CSR, atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat lain melalui proses pendampingan; keempat, sinergi yang baik antar elemen yang ada. Yang jelas, meskipun BUMDes merupakan usaha di tengah masyarakat desa yang terstigma lamban menyikapi perkembangan zaman, BUMDes yang berdaya harus siap atas segala perubahan yang ada.