Ademos melakukan melakukan pendampingan teknis sosialisasi ipal kepada pengrajin batik kelompok Widjojo Desa Pelem binaan Program Peningkatan Kualitas Pengrajin Sandang (Batik), kamis (03/03/2016). Pada pendampingan yang rencananya dilaksanakan siang hari, namun karena hujan sehingga baru dapat dilaksanakan pada sore hari (pukul 15.40 WIB.) tersebut, disampaikan kegunaan dan pentingnya ipal bagi industri batik. Berbeda dengan kelompok lain, kelompok batik Widjojo tidak mengeluh masalah dana ataupun musim hujan (sebagaimana yang dikeluhkan kelompok Sumbersari).
Namun kendala yang dihadapi adalah tenaga kerja (tukang). Hal ini disebabkan para tukang beralih profesi menjadi buruh tani di musim hujan. Meski demikian tim pendamping mengajak para pengrajin untuk mencari solusi sehingga pada pertengahan bulan ini ipal sudah dapat digunakan. Selain hal tersebut di atas.
Ada hal menggelitik yang disampaikan salah seorang pengrajin, yang meminta material untuk pembangunan ipal yang diberikan digunakan untuk membuat kamar mandi. “Berhubung rumah saya di pinggir sawah (saya) sendiri, saya berkeinginan untuk membuat jeding (baca: kamar mandi) saja (dan) tidak membuat ipal. Sedangkan untuk air limbahnya (dari membatik) nanti biar langsung dibuang ke sawah,” ujar salah seorang pengrajin. Menanggapi hal tersebut, Muhammad Nur Sholihin, selaku pendamping teknis 1 menyatakan bahwa Ipal ini berguna untuk mengelola limbah batik, sehingga tidak sampai mencemari lingkungan di sekitarnya. “Kenapa limbah batik harus ditampung? (Yaitu) agar selanjutnya tidak terjadi yang namanya pencemaran lingkungan,” jelas pria yang kerap disapa Kang Show tersebut. Mendapat penjelasan dari Kang Show, 5 (lima) pengrajin kelompok Widjojo akhirnya dapat mengerti kegunaan dan pentingnya ipal bagi industri batik. Setelah dirasa bahwa pengrajin memahami kegunaan ipal, Lukdianto, pendamping teknis 2 selanjutnya menerangkan cara dan bentuk pola pembuatan ipal standar berskala industri rumah tangga.
Oleh : A. Shodiqur R.