Jauh sebelum menjadi menteri, Pratikno dikenal sebagai sosok yang memiliki kepedulian sosial cukup tinggi. Berangkat dari kegelisahannya untuk meningkatkan sumberdaya manusia di pedesaan, misalnya, Pratikno mendirikan lembaga swadaya masyarakat Ademos (Asosiasi untuk Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial). Ademos sebagai sebuah komunitas ”sinau bareng” (belajar bersama) telah aktif sejak tahun 2004. Komunitas ini melibatkan sekelompok generasi muda pedesaan.
“Saya mengumpulkan anak-anak muda dan saya bilang, silakan belajar, kalo kamu sudah mulai bisa, saya akan fasilitasi ke Yogya atau ke Malang untuk belajar lebih lanjut. Mereka belajar di rumah saya yang di Yogya, kebetulan ada tanah sempit di seberang rumah saya buat rumah kecil. Itu digunakan untuk nampung anak-anak itu. Untuk garasi, kalo anak-anak datang dikeluarin mobilnya, gelar tikar disitu. Sekarang Ademos sudah lumayan sudah pernah pameran ke Jakarta, mendampingi peternakan. Itulah yang membuat saya rilis organisasi itu, kemudian juga dapat dukungan dari CSR sejumlah perusahaan dan sekarang running,” tegasnya. Tapi setelah menjadi Menteri, ia mengurangi aktivitasnya tersebut. Termasuk juga satu yayasan yang didirikannya yakni Yayasan Kariman Kasminah, diambil dari nama ayahnya Kariman dan sang bunda Kasminah.
“Karena jadi menteri, saya lepaskan ke yang lain, saya khawatir associated dengan pemanfaatan jabatan. Akhirnya saya freeze, kalo Ademos sudah jalan sendiri, sekarang kerjasamanya dengan perusahaan seperti Pertamina, Exxon Mobil, terkait CSR,” akunya.
Bersama PT. Pertamina EP Cepu (PEPC), Ademos kerap menggelar sinau bareng Batik dalam program Peningkatan Kualitas Pengrajin Sandang (Batik), di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro.
Sumber :
Baca juga :
Pratikno (Menteri Sekretaris Negara RI) Akademisi di Belakang Presiden