Seminggu yang lalu tepatnya tanggal 25 Mei 2019, tim Ademos melakukan Sarasehan Pengelolaan Desa Wisata di Griya Keramik Balong Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Forum ini diadakan oleh Ademos dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) Desa Balong dalam rangka menimba ilmu pengelolaan wisata dari inisiator wisata pasar Papringan Ngadiprono Dusun Ngadiprono Desa Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temangung Jawa tengah. Ia adalah Fransisca Callista, perempuan muda energik yang merupakan aktor di balik berdirinya pasar papringan. Ia diundang hadir untuk membagikan pengalamannya dalam mendirikan dan mengelola Pasar Papringan.
Sisca (sapaan akrabnya) mengawali ceritanya dengan Komunitas Spedagi terlebih dahulu. Spedagi adalah komunitas yang awalnya dibentuk oleh Singgih S. Kartono. Ia adalah seorang desainer yang berhasil membuat sepeda berbahan dasar bambu. Dalam perkembangannya, sepeda bambu Spedagi bukan hanya wujud sebuah produk berbasis sumber daya desa, namun juga menjadi picu awal lahirnya gerakan Revitalisasi Desa Spedagi. Sebuah gerakan yang bertujuan membawa Desa kembali ke harkat dasarnya sebagai komunitas lestari dan mandiri. Sisca bersama Spedagi mempunyai ideasi program Pasar Papringan ini. Ia dan komunitasnya berkeyakinan bahwa tinggal di desa bukanlah sebuah aib atau terbelakang. Ia sendiri memutuskan untuk tinggal desa bukan karena tidak punya pilihan, namun karena kenyamanan dan keteguhan bahwa ia bersama warga desa yang lain mampu menghasilkan sesuatu di desa.
Pada dasarnya desa sangat erat hubungannya dengan sumber pangan. Dahulu untuk memasak sayur mayur, orang-orang desa hanya tinggal memetik dari lingkungan mereka, namun hari ini semakin banyak pedagang sayur mayur yang masuk ke dalam desa dan membawa sayur-mayur dari luar desa. Budaya ini semakin mempertegas bahwa masyarakat lebih menyukai kehidupan yang instan dan serba praktis, sehingga tidak lagi memanfaatkan komoditas yang bisa tumbuh di lingkungan sekitar. Hari ini banyak orang-orang desa yang memilih untuk pergi ke kota. Kepentingannya antara lain untuk belajar (karena tidak ada fasilitas belajar di desa), untuk mencari uang, dan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Keadaan ini semakin memperparah tergerogotinya potensi desa oleh permasalahan yang ada di dalamnya.
Berkenaan dengan study kasus pasar papringan yang bukan hanya tentang pasar yang layak untuk dipotret dan instagramable, tetapi tentang budaya dan kearifan lokal yang pernah hidup di sana. Mayoritas masyarakat Temanggung menggunakan bambu dalam segala lini kehidupan. Bambu adalah tumbuhan yang banyak menghasilkan oksigen, ia tumbuh tanpa pestisida dan tumbuh lebih cepat daripada tumbuhan lainnya. Namun masyarakat semakin hari semakin melupakan kearifan lokal. Demikian halnya yang terjadi di Dusun Ngadiprono. Pohon bambu yang ada di sana tidak dirawat dengan baik, dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah, penuh genangan air dan menjadi sarang nyamuk. Jalan trasah yang menjadi ciri khas desa, atas nama modernisasi diubah menjadi jalan-jalan aspal yang sebenarnya tidak berfungsi lebih baik dari jalan trasah itu sendiri. Selain berfungsi lebih baik dalam hal penyerapan air, jalan trasah bernilai seni yang indah ketika dipandang.
Berlatar belakangkan permasalahan-permasalahan lingkungan tersebut, Sisca bersama Spedagi dan komunitas Mata Air di dusun Ngadiprono mewujudkan ideasi Pasar Papringan. Jadi ide dasar berdirinya Pasar Papringan adalah untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Sebenarnya isu yang diangkat adalah isu konservasi kebun bambu, bukan papringan dengan segala sesuatu yang dijual di sana. Tetapi Pasar Papringan adalah kemasan yang digunakan untuk melakukan konservasi lingkungan.
Seiring berkembangnya Pasar Papringan, Sisca dan segenap orang yang terlibat dalam Pasar Papringan tidak gampang merasa puas. Sisca dan tim selalu melakukan evaluasi setiap Pasar Papringan selesai digelar. Sisca juga mempertegas bahwa Pasar Papringan tidak menjual kemiskinan, artinya ia tidak menjual barang dengan embel-embel rasa kasihan. Konsepnya adalah masyarakat tetap diharuskan menjual produk-produk yang berkualitas yang layak untuk dibeli dan menarik bagi konsumen. Berikut adalah fakta-fakta tentang pasar Papringan yang harus terus dijaga dan dilestarikan oleh seluruh pihak yang terlibat dalam pengembangannya.
- Pasar papringan harus bebas sampah plastik, tidak boleh ada satu produk pun yang mengandung penggunaan plastik
- Pasar Papringan menyajikan suasana yang sejuk, nyaman, bersih dan nostalgia (mengundang orang untuk mengingat masa lalu)
- Pasar Papringan dikelola oleh warga lokal secara kreatif dan kolaboratif
- Basis pengembangan Pasar Papringan adalah edukasi untuk membangun mimpi bersama antara masyarakat dan komunitas yang menjadi inisiator
- dibukanya pasar papringan berdasarkan penanggalan jawa yakni selapan dua kali (35 hari dua kali)
- Dengan melestarikan menu yang dijual di pasar Papringan, kita menjembatani generasi masa kini belajar kepada beliau yang menjaga pengetahuan (mbah-mbah)
Fakta-fakta ini selalu dijaga dan dilestarikan dengan melanggengkan prinsip-prinsip berikut:
- Penggalian ide itu harus otentik, sehingga karya yang diciptakan itu kuat memiliki akar dan tidak mudah roboh. Beda sekali dengan yang asal copas, ia tidak akan memiliki akar.
- Kita perlu menjaga kualitas – produk layanan – dan hubungan masyarakat
- Ekonomi – lingkungan – sosial budaya itu harus dijaga keseimbangannya sehingga bisa mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan
- Kita harus berdaya, kita bisa memutar kreatifitas dan tidak bergantung pada dana-dana hibah CSR sumbangan dan lain-lain
Sejauh ini, manfaat yang dirasakan masyarakat sejak adanya pasar papringan antara lain:
- Lingkungan : tidak lagi bau, tidak ada banyak nyamuk, lebih rapi, hasil panen bambunya kebih baik
- Perekonomian meningkat
- Di bidang sosial, masyarakat lebih guyub rukun dan persaudaraan semakin erat
- Di bidang budaya, segala bentuk kearifan lokal terangkat
Daya tahan pendamping dalam pelaksanaan program yang serupa dengan Pasar Papringan atau kegiatan-kegiatan ekonomi kreatif lainnya yang mana melibatkan masyarakat secara langsung sangat penting untuk dijaga. Orang-orang seperti Sisca dan komunitas yang mendampingi pelaksanaan program konservasi lingkungan melalui media Pasar Papringan ini adalah orang-orang pilihan yang perlu ditiru semangat dan dedikasinya. Semangatnya dalam membangun desa dan masyarakatnya membuatnya mampu berpikir kreatif serta aktif dan sangat produktif di usia yang masih relatif muda.