Belum satu tahun Mbak Is (sapaan akrab beliau) bergelut di bidang industri kreatif batik, Ibu satu anak ini sudah mampu memberikan kontribusi besar bagi Desa Ringintunggal Kecamatan Gayam. Sejak berlatih membatik bersama 20 orang lainnya yang difasilitasi oleh ExxonMobil Cepu Limited pada bulan Agustus 2017 lalu, ia kemudian menekuni wirausaha batik serta produk-produk turunan batik lainnya.
Sejak hampir dua bulan yang lalu mbak Is melakukan soft launching Wisata Edukasi Batik. Selain ingin menyajikan batik dengan cara yang berbeda, Mbak Is ingin mengenalkan batik di lingkungan sekitar melalui pendidikan. Usahanya untuk mendirikan wisata edukasi batik ini tidak dilakukannya sendiri. Ia ditemani tim yang terdiri dari suami dan dua pemuda Desa Ringintunggal.
“Wisata edukasi batik ini tidak mungkin berdiri dan berjalan sebagaimana mestinya kalau saya sendirian mbak, saya bersyukur ada suami dan dua anak muda yang sepenuhnya membantu baik dalam segi materi maupun dalam bentuk motivasi dan dukungan,” Kata Iswatun saat ditemui oleh salah satu kader sinau bareng ademos.
Ketika ditanya tentang ide awal pendirian wisata edukasi batik, jawaban tak terduga keluar dari mulut perempuan pemilik sekaligus pengelola rumah produksi batik Kristal Jaya ini. Ia ingin hidup seperti perempuan-perempuan lain yang mampu menginspirasi orang lain dan menjadi kebanggaan bagi keluarganya. Pertemuannya dengan tokoh-tokoh perempuan inspiratif di forum GWIM (Global Women in Management) pada bulan April lalu, cukup memberi suntikan motivasi bagi Mbak Is untuk turut memberi manfaat kepada sesama sejauh yang ia mampu.
Dengan desain sederhana dan tempat seadanya Mbak Is beserta tim mulai mengundang beberapa lembaga pendidikan setempat untuk mengikuti soft launching Wisata Edukasi Batik. Ia beserta tim juga mulai melakukan promosi tertutup ke lembaga-lembaga pendidikan lokal desa maupun di luar desa.
Wisata edukasi batik ini diharapkan mampu menjadi wadah bagi Asosiasi Perajin Batik Gayam (APBG) untuk belajar lebih giat lagi tentang skill membatik. Selain itu, Wisata edukasi batik diharapkan dapat menjadi ruang pendistribusian produk batik serta produk-produk turunan batik lainnya. Jadi selain berkunjung untuk belajar membatik, wisatawan yang hadir juga bisa membeli oleh-oleh berupa kain batik atau produk turunan batik.
Harapan-harapan ini sedang satu per satu ia wujudkan, mengingat bahwa tidak ada keberhasilan yang dicapai dengan instan. Ia meyakini bahwa apa yang sudah ia mulai akan menjadi besar suatu hari nanti. Konsep pengembangan wisata edukasi batik yang sudah ia tuliskan satu per satu mulai ia terapkan semampunya. Mbak Is selalu rajin menyisihkan uang laba hasil penjualan produk batiknya agar perlahan ia mampu mewujudkan seluruh impiannya demi berkembangnya wisata edukasi batik.
“Yang paling utama dari perjuangan saya ini adalah support dari keluarga mbak, suami mendukung, mertua juga mendukung jadi nggak ada alasan untuk saya mundur dari perjuangan ini,” Imbuh Iswatun di akhir pembicaraan.
Keteguhan pendirian perempuan berkulit sawo matang ini tersampaikan melalui berkembangnya industri batik di wilayah Desa Ringintunggal dan berdirinya Wisata Desa yakni wisata edukasi batik. (*adm/ademos)