Senin (21/03/2016), Sinau Bareng Tetanen kembali melakukan Sekolah Lapang (SL) pengamatan tanaman padi di petak percontohan (demplot) Sinau Tetanen yang terletak di Desa Dolokgede.
Pada usianya yang ke-63 hari setelah tanam (hst), diketahui musuh alami (tomcat) pada padi yang telah ditanam dengan perlakuan organik mengalami peningkatan. Begitu juga walang sangit yang mengalami peningkatan karena sudah mulai munculnya malai.
Dalam SL tersebut juga kembali disinggung tentang jamur Beauveria Baciana (BB). Dijelaskan jika jamur BB tidak dapat berkembang biak pada bangkai hama walang sangit yang matinya karena diobati dengan obat-obatan kimia. Namun apabila walang sangit tersebut masih hidup setelah diobati pestisida kimia, maka jamur BB tetap dapat hidup dan mengembangkan diri.
Sinau Tetanen kali ini juga mempelajari cara kerja jamur BB dalam membunuh organ syaraf hama padi.
“Yaitu dengan menghilangkan nafsu makan, merusak alat reproduksi, menjadi virus bagi walang sangit yang lain lewat perkawinan dan persentuhan sehingga walang sangit yang tersentuh tidak bisa menetaskan telurnya,” jelas fasilitator Sinau Tetanen, Parmin.
Mendapat penjelasan tersebut, salah satu peserta Sinau Tetanen, M. Junaedi memberikan sebuah pertanyaan kepada forum diskusi.”Jika padi sudah menguning, datang walang sangit maka akankah memepengaruhi padi?” tanya pria paruh yang juga menjabat sebagai ketua Gapoktan Dolokgede Makmur tersebut.
Mendapat pertanyaan tersebut, Parmin pun menjelaskan jika walang sangit tidak menyerang padi yang telah menguning.
“Tidak, karena walang sangit suka padi yang masih muda dan masih ada susunya padi muda,” jawabnya. (asr/sant)