ademosindonesia.or.id – Dalam rangka membangun sinergitas antar organisasi, Ademos melakukan kunjungan ke Bojonegoro Institute (BI) yang beralamatkan di Jalan Panglima Polim Gg. Mangga I Bojonegoro. Ademos mendelegasikan tiga kadernya untuk belajar dan mendiskusikan kerja-kerja sosial yang dilakukan di lingkup organisasi masing-masing, di Ademos maupun di Bojonegoro Institut.
Bojonegoro Institute merupakan organisasi non pemerintah yang fokus untuk mengkritisi setiap kebijakan pemerintah kabupaten. Dalam beberapa dekade, Bojonegoro Institut memperdalam kajiannya di bidang open government partnership (OGP) yang mana merupakan salah satu pendekatan pembangunan untuk mewujudkan pemerintah yang bersih dan masyarakat yang madani.
“Kami mengimani bahwa keterbukaan ini mandat kitab suci, karena praktek-praktek keterbukaan ini sudah lama diparaktekkan di masjid-masjid,” Kata Diretur BI AW Syaiful Huda.
Cerita tentang Wali Songo dijadikan satu contoh konkrit bahwa praktek keterbukaan bahkan sudah dilakukan sejak dulu. Sultan Demak saat itu tidak mengambil suatu kebijakan tanpa restu wali songo. Wali Songo (yang merupakan organisasi non pemerintah) pada saat itu turut mengintervensi kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah. Praktek-praktek pelibatan masyarakat sipil dan organisasi non pemerintah dalam pengambilan suatu kebijakan inilah yang hari ini dideklarasikan dalam bentuk open government.
Membangun keterbukaan merupakan satu langkah baik untuk mengundang partisipasi masyarakat dalam menyuarakan haknya dalam hal ini hak untuk mengakses informasi dapur pemerintahnya. Dengan begitu dengan sendirinya peran pengawasan terhadap kerja-kerja pemerintah akan otomatis dipegang oleh masyarakat. Harapannya, ketika masyarakat mulai melek haknya atas informasi maka pemerintahnya akan takut melakukan penyelewengan-penyelewengan yang semestinya tidak dilakukan.
Direktur BI berharap bahwa ke depannya BI bisa bersinergi dengan Ademos, karena untuk mewujudkan perubahan di Bojonegoro tentu tidak bisa dilakukan sendiri. AW menyebutnya sebagai ekosistem perubahan.
“Bojonegoro bisa mengalami perubahan yang signifikan ketika ekosistem-ekosistem yang terpisah ini bersatu dengan caranya masing-masing tetapi saling berkait,” Imbuhnya
Ademos yang lebih banyak bergerak pada isu-isu desa diharapkan dapat mengedukasi masyarakat desa dan pemerintah desa serta meningkatkan kapasitas pemerintah desanya. Sementara itu di sisi yang lain BI berperan untuk mengawal perubahan melalui advokasi kebijakan di pemeritah daerahnya. Sinergitas ini diharapkan dapat terwujud sehingga spirit perubahan tidak hanya dirasakan di daerah saja tetapi hingga ke pelosok desa sekalipun. (adm/ademos)