Ademos Indonesia – Menyemai kembali semangat kebangkitan yang sudah dimulai sejak sebelum Indonesia merdeka. 20 Mei dikenal sebagai hari kebangkitan nasional, hari dimana kiprah organisasi Boedi Utomo dimulai. Organisasi yang didirkan dengan tujuan untuk membangkitkan tumbuhnya perekonomian, sosial serta budaya negara ini melakukan kongres pertamanya pada tahun 1908 (Sebelum Indonesia Merdeka). Di tengah ringkihnya negara di dalam cengkeraman penjajah, sejumlah tokoh yang peduli terhadap kebangkitan bangsa seperti Dr. Cipto Mangunkusumo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) berserikat dan membuat gerakan-gerakan kecil untuk melawan keterbelakangan bangsa. Tokoh-tokoh inilah yang berjasa dalam tergugahnya semangat pemuda dan menjadi cikal bakal munculnya organisasi-organisasi lainnya.
Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) pertama kali diperingati pada tanggal 20 Mei 1948. Saat itu, organisasi Boedi Utomo dipilih sebagai organisasi pemersatu bangsa di tengah krisis yang sedang dialami oleh negara pasca kemerdekaan. Sukarno saat itu dalam pidatonya menyatakan bahwa meskipun kita sudah merdeka, namun bahaya tetap mengancam Republik dari segala penjuru. Tetapi kita tidak perlu khawatir, akhirnya insya Allah kitalah yang menang, asal kita memenuhi beberapa syarat yang perlu untuk kemenangan itu… yaitu menyusun machtspolitik, yakni kekuatan massa untuk mendukung perjuangan politik; dan menggalang persatuan nasional,” kata Sukarno, sebagaimana dimuat dalam “Dari Kebangunan Nasional sampai Proklamasi Kemerdekaan” Kenang-kenangan Ki Hadjar Dewantara.
Hari ini dalam situasi yang hampir sama, di tengah kemelut bangsa pasca pemilihan umum 2019, Indonesia tengah dihantui bahaya perpecahan. Perilaku-perilaku fanatik yang muncul dari para pendukung kandidat-kandidat yang mereka calonkan, menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Dalam kondisi yang demikian, masih ada masyarakat yang optimis membangun persatuan bangsa melalui karya. Komunitas Pemuda Desa Beged yang saya temui hari ini di Desa Beged Kecamatan Gayam membuktikan kecintaannya pada bangsa dan peduli terhadap semangat kebangkitan. Untuk melawan keterbelakangan, komunitas pemuda ini menginisiasi sebuah tempat Jandon (diskusi) lengkap dengan fasilitas taman bermain. Tempat ini yang didesain untuk semua usia ini merupakan salah satu alat pemersatu warga. Bahwa di tengah perbedaan yang menyebabkan perselisihan, masih ada ruang untuk berdiskusi, saling bertukar pikiran dan meredam emosi. Selaras dengan namanya, Jandon Gayeng dua kata yang berasal dari Bahasa Jawa yang bermakna berdiskusi dan bergembira. Bahwa tempat ini diciptakan untuk mereka semua yang ingin berdiskusi dan bergembira.