Tak seperti biasa, Gedung PIB yang terletak di desa Ringin Tunggal Kecamatan Gayam, biasanya terlihat cukup lengang tiga hari ini ramai oleh hiruk pikuk pemuda-pemudi dari delapan desa yang sedang mengikuti kegiatan outbond. Antaranya Desa Wadang, Jelu, Jampet dari kecamatan Ngasem, Leran dari kecamatan Kalitidu, Desa Ngulanan, Sumber Tlaseh dari Kecamatan Dander, dan Desa Ngampel, Wedi dari Kecamatan Kapas. Acara tersebut diikuti kurang lebih 80 Orang Pemuda-pemudi yang berasal dari Karang Taruna tiap-tiap desa tersebut.
Dalam pelaksanaannya Ademos yang didukung oleh EMCL menggandeng Forum Pengurus Karang Taruna (FPKT) Kecamatan Gayam untuk memandu para peserta dalam melaksanakan kegiatan outbond. Kegiatan pagi ini diawali dengan senam bersama di halaman gedung PIB. Usai mengikuti senam bersama peserta disuguhi menu gethuk sebagai sarapan pagi. Beberapa peserta sempat melayangkan protes mengenai menu sarapan tersebut, namun setelah penjelasan cukup panjang peserta memahami, bahwa dalam kegiatan outbond ini peserta dituntut untuk berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, yaitu mengajarkan peserta tetap bersemangat dalam keterbatasan dan pantang menyerah dengan keadaan. Selaku pendamping program, Ademos berusaha menyampaikan bahwa gethuk merupakan salah satu kearifan lokal yang harus dijaga. Hal ini merupakan bentuk kesederhanaan dan memanfaatkan produk lokal yang sangat melimpah di sebagian besar wilayah Bojonegoro.
Serambi menikmati menu sarapan pagi, panitia membagi kelompok susur desa. Susur desa yang dimaksud adalah para peserta akan dibagi menjadi enam kelompok, tak ketinggalan pendamping dari Ademos-pun juga ikut ambil bagian sebagai peserta outbond. Dalam Outbon ini, peserta diminta memecahkan masalah yang ada pada setiap pos yang telah disediakan. Akan ada Tiga pos yang akan dilewati, dan di tiap pos tersebut para peserta akan diasah kemampuan individu dalam kerjasama dalam kelompok.
Pada pos pertama yang terletak di depan balai desa Begadon, peserta diarahkan untuk membuat bangunan dari pipa, kemudian saling berbisik secara berantai. Hal ini mengajarkan bahwa dalam berkomunikasi antar anggota karang taruna mampu mengolah kata dalam berorganisasi, sehingga menjadikan anggota karang taruna sebagai komunikator yang mampu mengemban tanggung jawab organisasi.
Pada pos kedua, yang terletak di lingkungan mushola desa Begadon. Peserta diminta berbaris kebelakang perkelompok seperti ular, masing masing mata peserta ditutup dengan kain, kecuali yang berada pada barisan paling belakang, hal ini bertujuan agar peserta dibarisan belakang bisa mengarahkan teman yang berada didepannya untuk mengambil bola yang telah disiapkan oleh panitia. Permainan ini dikenal dengan Snake Ball, manfaat dari permainan ini mengajarkan peserta, agar dalam berorganisasi anggota karang taruna bisa saling membangun dan memberi kepercayaan kepada anggota yang lain.
Pada pos terakhir, di halaman SD Begadon, ada permainan H2S atau ladang ranjau, yakni peserta diminta melewati labirin-labirin yang terdiri dari 16 kotak, yang memiliki jebakan atau lebih dikenal dengan istilah ranjau secara bergantian. Hal ini mengandug filosofi bahwa dalamm setiap permasalahan anggota karang taruna diharapkan mampu menyelesaikan secara kerjasama dan musyawarah, sehingga permasalahan mampu diselesaikan dengan baik.
Matahari mulai terik namun tak menyurutkan semangat peserta, mereka tetap antusias mengikuti setiap tahapan outbond. Tahapan terakhir dari rangkaian outbond adalah berkunjung ke Kandang Belajar Sapi Rakyat (KBSR) Bimantari, yang terletak di Desa Brabowan Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro. Peserta diajak berjalan kaki menyusuri jalan penghubung antar desa. Beberapa peserta sempat mengeluh letih, namun raut wajah mereka terlihat menikmati perjalanan dengan riang gembira, sesekali terdengar gurauan yang sedikit banyak mengundang gelak tawa seluruh peserta.
Sampai di KBSR Bimantari jam telah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Para peserta dipersilahkan makan siang dan menjalankan sholat dzuhur di mushola yang berada di desa setempat. Setelah beristirahat cukup, peserta kembali dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap-tiap desa memiliki perwakilan dalam diksusi secara terbuka mengenai potensi-potensi desa asal peserta. Sebagian peserta diajak sinau bareng ternak sapi dan kambing secara langsung dikandang. Para peserta dipandu oleh tim dari KBSR Bimantari, diantaranya Farid Ansyaruddin, Hariyanto, dan Suryanto. Tak hanya bagaimana cara merawat ternak dengan baik, namun KBSR juga mengajarkan bagaimana cara membuat makanan yang berupa konsentrat secara mandiri. Selain itu juga para peserta ditunjukkan cara pengolahan limbah kotaran sapi menjadi pupuk kompos yang sangat bermanfaat untuk tumbuhan.
Tak terasa hari telah menjelang sore,yang berarti berakhir pula kegiatan outbond pada hari ini. Suyadi, selaku Maneger Program Karang Taruna 2017, dalam penutupan dan pelepasan peserta outbond, menghimbau agar para peserta menerapkan ilmu-imu yang diperoleh dari awal sampai akhir, lebih mampu memahami dan menggali potensi desa masing masing peserta, sehingga mampu menjadikan desa yang mampu mencetak generasi pemuda mandiri dan berpotensi. (Tsa/Dul).