Ademos Indonesia – Hari ini merupakan satu hari yang penting bagi para ibu dan seluruh perempuan di Indonesia. Ia diingat sebagai hari kebangkitan perempuan, yang mana pada hari ini 21 April 141 tahun silam, lahirlah seorang perempuan jawa yang berjasa dalam hal kebangkitan perempuan di Indonesia. Dia adalah Raden Adjeng Kartini, seorang putri Bupati Jepara yang menjalani pingitan dengan belajar dan menciptakan banyak karya. Sebagai seorang bangsawan, dia tentu tidak dinikahkan dengan sembarang pria. Kartini yang saat itu berusia 24 Tahun akan dipersunting oleh seorang laki-laki bernama K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang menjabat sebagai bupati Rembang. Jika hanya melihat harta dan tahta tentu kebanyakan perempuan akan dengan mudah menerima perjodohan ini.
Kartini adalah seorang gadis cerdas yang idealismenya sudah terbentuk sejak ia menjalani masa pingitan yakni di kisaran usia 14 tahun. Berbeda dengan perempuan jawa lainnya yang cenderung tidak memiliki pendirian, Kartini justru bersikukuh untuk menentukan arah kehidupannya sendiri. Saat adat Jawa mengharuskan seorang perempuan berusia 12 tahun berhenti belajar, menjalani pingitan hingga kemudian menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya, Kartini menjadi pelopor dari perubahan adat istiadat yang tumbuh dan berkembang di Jawa tersebut. Ia memang menjalani pingitan selama menjalani pingitan ia tidak hanya berdiam dan tidak berhenti untuk belajar. Alasannya tak lain adalah dia ingin melihat dunia yang lebih luas di luar sana. Rasa ingin tahunya tinggi dan keinginannya untuk belajar juga sangat kuat. Hal ini dibuktikan dengan bukti korespondensi yang ia lakukan dengan perempuan berkebangsaan Belanda bernama Rosa Abendanon dan beberapa karya tulis yang sempat diterbitkan di media milik Belanda saat itu. Isi korespondensi yang dilakukan juga tidak main-main, ia banyak bertukar cerita tentang kondisi sosial perempuan yang ada disekitarnya. Satu bentuk analisa yang tidak banyak dilakukan oleh perempuan Jawa lainnya pada saat itu. Karena gigih dan tidak pantang menyerah, pemikiran Kartini ini akhirnya memiliki pengaruh besar pada kebangkitan dan kemajuan perempuan di Indonesia.
Hari ini barangkali permasalahan yang dihadapi oleh perempuan Indonesia tidak lagi sama dengan permasalahan yang dihadapi oleh Kartini pada zaman dahulu. Saat ini, tidak ada adat istiadat maupun aturan tertulis yang membatasi perempuan Indonesia untuk menentukan pilihannya sendiri. Perempuan Indonesia boleh menentukan kehendaknya untuk belajar, bekerja, atau justru berumah tangga. Hari ini juga sudah tidak lazim bagi para orang tua untuk memingit dan menjodohkan anak perempuannya dengan laki-laki yang sudah mereka pilihkan. Tetapi tentu ada permasalahan lain yang tidak kalah pentingnya dan sagat memerlukan ide-ide, pemikiran dan perjuangan dari para perempuan di Indonesia. Terutama dalam situasi pandemi seperti sekarang ini.
Sudah satu bulan, negara menghadapi situasi pandemi covid-19 di seluruh wilayah. Segala resiko dan dampak buruk yang dapat terjadi, tentu tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pemerintah tanpa kerjasama dan kooperasi bersama masyarakat. Dalam hal pendidikan dan rumah tangga di situasi pandemic seperti in,i peran perempuan sangat mendominasi. Selain mengatur urusan rumah tangga, perempuan (terutama ibu) juga dituntut untuk dapat memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Setelah pemerintah menerbitkan peraturan untuk bekerja dan belajar dari rumah, seluruh lembaga pendidikan di Indonesia harus melakukan kegiatan belajar dan mengajar secara online (dalam jaringan). Siswa-siswi di seluruh wilayah tetap diwajibkan untuk belajar dengan cara mengakses pembelajarannya melalui internet. Kegiatan ini tentu menjadi satu kebiasaan baru bagi siswa dan penting bagi mereka untuk beradaptasi dengan kebiasaan ini.
Kegiatan pembelajaran dari rumah ini banyak melibatkan peran ibu. Seorang Ibu mau tidak mau harus bisa menghadirkan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan bagi anak, agar mereka tidak jenuh dalam menghadapi situasi belajar seperti ini. Bentuk-bentuk kreatifitas yang bisa dilakukan oleh ibu antara lain dengan memperbanyak buku bacaan untuk anak, mengenalkan anak pada dolanan (mainan) khas anak Indonesia, mengajak anak untuk memasak jajanan sehat, mengajarkan kepada anak untuk membiasakan hidup bersih dan sehat serta memperhatikan dan mengajak anak beribadah dari rumah secara rutin dan istiqomah.
Di tengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, peran-peran sosial para perempuan juga sangat dibutuhkan. Di lingkungan desa di berbagai forum, perempuan adalah salah satu media efektif untuk publikasi informasi dan penyampaian himbauan. Perempuan bisa mengambil peran untuk publikasi informasi yang benar tentang wabah covid-19 dan juga cara-cara agar terhindar dari wabah tersebut. Selain itu, perempuan juga dapat memberikan contoh yang baik dalam hal penerapan jaga jarak sosial dan jaga jarak fisik di lingkungan masing-masing. Upaya ini harus dilakukan dalam rangka saling menjaga antar sesama dari ancaman wabah. Semoga upaya ini dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dunia lekas membaik. (Ananing)