Ademosindonesia.or.id – Pada Senin (19/11) lalu, dewan pengarah serta inisiator awal berdirinya Ademos Bapak Pratikno yang hari ini menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) berkesempatan untuk pulang ke kampung halaman. Pasca bertugas mendampingi Presiden mengadakan kunjungan di STIKES Muhammadiyah Lamongan, Bapak Pratikno bertolak ke Bojonegoro untuk menghadiri beberapa agenda dan pulang ke kediamannya yang terletak di Desa Dolokgede Kecamatan Tambakrejo Bojonegoro. Tidak seperti anak ayam yang kehilangan induknya tetapi seperti anak manusia yang merindukan orang tuanya. Meski hari ini mengemban amanah di pemerintahan pusat, selaku pendiri dan dewan pengarah Bapak Pratikno tetap memantau kegiatan serta perkembangan apa saja yang terjadi di Ademos. Karena itulah, kepulangan bapak ke desa menjadi satu hal yang paling dinanti.
Meski tidak sehari penuh, jadwal kepulangan bapak selalu padat. Setiba beliau dari Lamongan dan menghadiri forum perjanjian pembangunan antar tiga kabupaten yaitu Kabupaten Ngawi, Blora dan Bojonegoro dalam rangka membangun kawasan, di rumah (di Desa Dolokgede) beliau sudah disambut oleh teman-teman pegiat desa. Tidak untuk banyak bercerita tentang apa dan bagaimana kondisi di pemerintahan pusat, tetapi beliau datang untuk banyak mendengar. Seperti yang sering beliau sampaikan, bahwa tugas beliau sebagai pejabat negara dan tugas kami sebagai lembaga non pemerintah yang bertugas untuk membantu kerja-kerja negara dalam menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat, kami harus lebih banyak mendengar dari yang dilayani.
Keesokan paginya (20/11) Ademos beserta keluarga besar bapak, menggelar acara temu Mensesneg dengan kepala desa dari beberapa desa yang terisolir di wilayah kecamatan Ngambon dan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro. Hadir dalam diskusi tersebut Wakil Bupati Bojonegoro Budi Irawanto bersama Ketua Karang Taruna Kabupaten Bojonegoro Dony B U, Kapolsek serta Danramil Kecamatan Tambakrejo. Diskusi ini digelar untuk membuka ruang diskusi antara pemerintah desa dengan supradesa. Semacam dialog publik untuk mendengar permasalahan yang dihadapi masyarakat di tingkat desa, khususnya desa-desa yang terisolir. Dalam diskusi tersebut beberapa hal yang digaris bawahi antara lain:
1. Sebagian wilayah Desa Napis, Ngrancang, Malingmati dan Desa Turi belum teraliri listrik
2. Desa-desa di Kecamatan Tambakrejo kesulitan untuk mendapatkan air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari
3. Produktivitas lahan pertanian di Kecamatan Tambakrejo tidak maksimal karena pasokan air untuk irigasi pertanian tidak mencukupi
4. Akses jalan dari Kecamatan Ngambon ke Kecamatan Ngraho atau sebaliknya terputus, sehingga apabila warga Desa Ngraho hendak menuju ke Desa Ngambon kesulitan
5. Akses jembatan pedukuhan di Desa Napis terputus sehingga mobilitas warga terganggu, dan apabila hendak mengurus administrasi ke kantor desa mereka kesulitan
6. Rencana pengadaan jembatan Bojonegoro-Blora untuk mempermuda mobilitas masyarakat dan perputaran ekonomi Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Blora
Dengan lebih banyak mendengar, pemerintah serta pihak-pihak yang turut membantu akan tahu permasalahan yang terjadi secara nyata yang sedang dihadapi oleh masyarakatnya. Permasalahan-permasalahan serta beberapa solusi yang sudah didiskusikan memang tidak bisa diselesaikan secara instan. Namun, sudah pasti akan ada langkah-langkah nyata yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
Mensesneg Diskusi Bareng Kepala Desa Wilayah Pinggiran Hutan
Posted on by Ademos Indonesia
0