Ademos Indonesia – Seringkali BUMDesa terlahir karena keterpaksaan atau hanya sekedar latah, sehingga usaha-usaha yang dibentuk cenderung tidak bertahan lama, seringkali disebut “sak gradakan” dan tidak ada tindak lanjut yang signifikan. Jika pendirian BUMDesa tidak muncul dari kesadaran penuh dari desa untuk mengelola potensinya, maka aktor kebijakan pembentukan BUMDesa terjebak dalam niatan pendirian BUMDesa sebagai institusi yang mewadahi bantuan pemerintah kabupaten. Dengan begitu, hasil usaha BUMDesa tidak akan pernah menjelma sebagai kekuatan ekonomi yang bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat dan Pendapatan Asli Desa (PAD). Sehingga BUMDesa merupakan produk administratif sebagai kelanjutan dari politik kebijakan lokal (Supra Desa). Sektor usaha yang sebaikknya dibentuk dan dikembangkan BUMDesa merupakan usaha yang sudah ada (potensi) di desa, tanpa rekayasa, sehingga usaha yang dijalani bersifat sustainable atau berkelanjutan. Selain itu BUMDesa selayaknya tidak menjadi pesaing dalam bisnis usaha masyarakat, sehingga BUMDesa tidak merugikan usaha milik masyarakat.
Ademos selaku konco sinau bareng BUMDesa mengajak para pegiat BUMDesa guna merawat Optimisme dalam menjalankan bisnis usahanya, ademos mengajak pegiat BUMdesa untuk Sinau Bareng Virtual Bumdesa di Masa Pandemi. dimana Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) sebagai penggerak ekonomi desa harus bertahan dan selalu berinovasi. Melalui sinau bareng ini Supra Desa, Kepala Desa, pegiat BUMDes, Pegiat BUMDesa bisa saling bertukar pendapat dan menyampaikan unek-unek mereka.
Turut bergabung dalam acara ini, M. Ridwan Sayyadi, S.Sos, MM, yang pernah menjabat sebagai Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, yang juga merupakan pengamat pariwisata di Bojonegoro, Mahmudi, Plt Kepala Bakesbangpol Bojonegoro, Sekcam Purwosari, Diah Enggar Rini Mukti, Edi Arto, Public & Government Affairs PEPC, dan pegiat BUMDesa se-KAbupaten Bojonegoro.
Dalam pemaparannya M. Ridwan Sayyadi, S.Sos, MM, yang pernah menjabat sebagai Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, yang juga merupakan pengamat pariwisata di Bojonegoro menyitir satu Ungkapan inspiratif dari sang proklamator Muhammad Hatta, “Indonesia tidak akan bercahaya karena obor besar dijakarta, namun dari lilin lilin kecil yang ada di desa.” Sebgai pegiat BUMDesa harus belajar dan mensiasati keadaan di masa pandemi Covid-19 ini. Pandemi ini berimbas sangat signifikan di sektor pariwisata, namun tidak akan menjadi halangan untuk menggali lebih jauh potensi lokal pariwisata di Bojonegoro. Sejauh ini Ridwan mengamati masyarakat bojonegoro tidak percayaa diri dengan potensi yang dimiliki. Menilik dari sejarah dan budaya Bojonegoro sangat kaya. Untuk membangun kepercayaan diri kita mulai dari desa, yaitu BUMDesa mengurusi wisata, tidak hanya menjual alam, namun juga bisa melirik wisata edukasi, seperti peternakan, produksi pangan, dan juga sektor pendidikan.
Dari tempat berbeda, Mahmudi, yang merupakan Plt Kepala Bakesbangpol Bojonegoro, Sebaiknya ada kolaborasi dari masing masing BUMDesa, sehingga BUMDesa satu dan lainnya bisa saling menguatkan. Dengan adanya pamdemi sitem penguatan BUMDesa bisa dilakukan dengan cara online, sehingga sektor usaha BUMDesa tetap berjalan, Adanya pertemuan rutin dan mempunyai ikon BUMDesa bersama, contoh pemanfaatan Car Free Day, BUMDesa mampu dan mengakses kegiatan di acara tersebut. Adanya pasar untuk umum yang bertujuan untuk mengenalkan dan memasarkan produk BUMDesa-BUMDesa kita. Sehingga BUMDesa-BUMDesa di bojonegoro saling terhubung dan memiliki wadah dalam bertukar informasi.
M. Kundori, Direktur Ademos saat acara penutupan sinau bareng berharap, langkah yang kami ambil, yakni sinau bareng virtual BUMDesa ditengah pandemi ini, merupakan semangat baru sektor usaha BUMDesa ditengah pandemi. BUMDesa menjadi semakin maju dengan inovasi-inovasi baru, semakin berkembangnya BUMDesa, diharapkan akan dapat memperkuat eksistensi BUMDesa sebagai penopang perekomian masyarakat desa umumnya dan sumber daya desa pada khususnya agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan masyarakat desa. (Uma)