Oleh : Tim Ademos
Ilustrasi : https://www.cnbc.com/2020/03/23/how-small-businesses-across-us-are-coping-with-covid-19-pandemic.html
Ademos Indonesia – Badai pandemi Covid-19 di Indonesia mau tidak mau berdampak besar bagi perekonomian negara. Sesuai dengan pemaparan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, kondisi yang akan dialami Indonesia dalam kaitannya dengan persebaran virus Corona mengembalikan ingatan pada krisis di masa lalu. Memang, dalam sejarah nasional, goncangan kali ini bukan yang pertama. Sebelumnya Indonesia sudah pernah melewati krisis moneter 1997-1998, juga krisis global 2008-2009. Asumsinya, Pemerintah sudah cukup siap dengan skema-skema yang mungkin harus ditempuh. Dalam konteks imbas virus Corona di sektor perekonomian, maka skema terburuknya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa jadi 0% (Jeo Kompas, 23/03).
Hampir di setiap krisis, tercatat bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dapat menjadi salah satu penyelamat ekonomi nasional. Baik krisis moenter 97-98 maupun 2008-2009 mengindikasikan bahwa pertahanan UMKM dapat dikatakan cukup baik. Hal tersebut secara umum disebabkan oleh sumber permodalan mereka yang tidak berasal dari pinjaman luar negeri. Selain itu, mereka merupakan jenis usaha yang bermodal kecil, sehingga tidak terdampak secara signifikan oleh iklim keuangan global (Inews.com, 2018; Kompas, 2012; Bappenas, 2009). Melihat analisis Bappenas pada krisis 2009, ada beberapa hal yang digarisbawahi terkait pertahanan diri di sektor UMKM: pertama, pasar UMKM rata-rata bersakala lokal. Sedikit sekali di antara mereka yang menghasilkan komoditas ekspor. Kedua, UMKM tidak bergantung pada keterbatasan penyediaan keuangan/kredit dari pihak Bank. Data terintegrasi BPS pada tahun 2005 menunjukkan bahwa lebih dari 60% UMKM lebih memanfaatkan pinjaman dari keluarga, perorangan, atau lainnya. Hanya kisaran 25% yang bergantung pada kredit bank. Ketiga, meski terkadang dinilai sebagai kelemahan, namun karakter UMKM yang cenderung konservatif justru menjadi nilai lebih di saat-saat krisis. Hal tersebut dikarenakan oleh pengambilan keputusan yang cenderung sangat hati-hati, serta sikap optimis pada usaha mereka.
Tentu akan sangat berbeda membaca kasus 2008 dengan kasus saat ini. Sri Mulyani sendiri mengibaratkan kondisi sekarang sebagai kontraksi ekonomi, belum sampai pada level krisis. Namun di sisi yang lain, pada laman Okezon.com (19/03) disebutkan bahwa ekonom bahkan pesimis jika UMKM dapat menjadi penyangga perekonomian seperti pada krisis yang lalu. Meski demikian, proteksi pada UMKM tetap dibutuhkan mengingat beberapa dampak yang sudah mulai dirasakan serta kesadaran bahwa sektor ini merupakan penyerap tenaga kerja paling banyak. Keluhan dari beberapa pengusaha kecil sudah mulai dilontarkan seperti sepinya pembeli akibat pemberlakuan social distancing yang menyebabkan orang-orang tidak berbelanja ke luar rumah.
Untuk menanggulangi hal tersebut, Presiden Joko Widodo (19/03) menginstruksikan pada kementerian terkait agar memberikan stimulus pada sektor UMKM yang akan direalokasikan dari dana APBN dan APBD (CNBC, 2020). Dari Kemeterian Koperasi dan UMKM sendiri, setidaknya telah dibuka layanan hotline yang berfungsi untuk menerima aduan dari UMKM akibat Covid-19. Keluhan yang diterima beragam, mulai dari penurunan permintaan, bahan produksi yang terbatas maupun masalah distribusi. Untuk sementara, data akan diolah dan dikoordinasikan dengan Pemda terkait agar dapat dirumuskan solusi yang tepat (Liputan6.com, 2020). Di samping kebijakan yang mungkin diterapkan oleh Pemerintah, Presiden juga menganjurkan agar UMKM dapat beradaptasi di tengah situasi ini salah satunya dengan menerapkan sistem penjualan online (Kompas.com, 2020).
Harus diakui bahwa tidak semua sektor dalam UMKM dapat diubah sistem penjualannya menjadi online. Atau sekalipun bisa, memerlukan proses yang cukup rumit. Sehingga tugas Pemerintah baik pusat maupun daerah adalah memastikan bahwa selain sektor kesehatan, UMKM juga menjadi prioritas mengingat beberapa di antara mereka adalah masyarakat rentan, serta secara umum dapat menyerap tenaga kerja yang sangat besar. Mari sambil melihat kondisi ke depan, bagaimana kira-kira nasib UMKM di tengah pandemi ini?