Skenario Tuhan atas makhluknya selamanya tak akan bisa ditebak. Jodoh, mati, dan rejeki adalah rahasia yang tidak mungkin bisa ditiru. Dua anak yang dilahirkan kembar memiliki garis takdir yang tidak sama. Di masa depan bisa jadi satu anak ditakdirkan menjadi seorang guru, sedang yang satunya lagi ditakdirkan menjadi seorang bidan. Takdir meski telah ditulis sejak manusia dikandung badan, selamanya takdir manusia tak akan bisa ditebak. Profesi, pekerjaan, jodoh dan apapun selamanya adalah rahasia Tuhan.
Siapa sangka takdir baik yang digariskan oleh Tuhan kepada Ngasruroh, warga Desa Gayam menjadi berkah baginya serta keluarganya. Perempuan penyandang different ability (difable) ini menemukan jalan untuk membantu keluarganya di usia yang ke-38. Sejak Juli tahun lalu, Ngasruroh terpilih sebagai salah satu penerima manfaat program pengembangan industri batik Bojonegoro dari Exxonmobil Cepu Limited (EMCL) yang bermitra dengan ademos. Ia kemudian mendapatkan paket pelatihan membatik serta sepaket alat dan bahan sebagai modal awal latihan membatik. Pasca pelatihan, dengan modal yang ada sembari mengingat-ingat apa yang telah ia dapatkan dari tempat pelatihan, ia kemudian melatih kemampuannya untuk membatik di rumah.
Di sela-sela kesibukannya sebagai buruh cuci, ia kemudian menyempatkan diri untuk terus berlatih membatik agar kualitas batik yang ia produksi semakin baik. Tidak hanya itu, ia juga mengajak adik perempuannya yang juga seorang buruh tani untuk mengisi waktu luangnya dengan belajar membatik. Dalam satu bulan menekuni bisnis batik ia sudah beberapa kali mendapatkan pesanan kain batik dari tetangga sekitar. Berkat ketekunannya dalam belajar, tidak hanya satu dua pelanggan saja yang datang tetapi banyak pelanggan yang datang untuk memesan.
Pada bulan November 2017 Ngasruroh dengan Griya Batik Al-Falah nya dilirik oleh Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro untuk ikut tampil di ajang yang digelar oleh kabupaten. Bertepatan dengan diselenggarakannya acara tahunan kabupaten bertajuk “Bojonegoro Fashion and Arts” , Dinas Pariwisata melibatkan beberapa perajin batik lokal Bojonegoro serta desainer fashion lokal yang sudah dikenal secara nasional seperti Eko Tjandra. Dengan sedikit sentuhan tangan desainer, kain batik karya Ngasruroh ini dipamerkan di ajang tahunan kabupaten. Ia juga mendapat apresiasi dari mantan bupati Bojonegoro Suyoto.
“Ngasruroh dari Temlokorejo Gayam Malam ini batik karyanya dipakai pergawan peragawi, sungguh mempesona menyaksikan kekuatannya,” Tulis Kang Yoto (sapaan akrab Suyoto) dalam akun instagramnya pada 18 November 2018 lalu.
Benar, keterbatasan bukanlah penghalang bagi Ngasruroh untuk tetap berkarya. Sebagai wujud dari kekokohannya ia mampu meningkatkan perekonomian keluarga. Dari yang tadinya hanya menerima upah sebagai buruh cuci, hari ini di musim-musim tertentu omsetnya dalam memproduksi batik bisa mencapai 8 juta rupiah per bulannya. Lagi-lagi skenario Tuhan memang tidak bisa ditebak. Tuhan sudah menyediakan dan manusia wajib mengusahakan. (adm/ademos)
sumber foto: suarabojonegoro.com