Perkembangan industri batik di Bojonegoro (baca: batik Jonegoro) semakin kesini semakin menemui titik positif. Demikian ini dapat dilihat dari apabila kita melihat ke masa lalu, apa yang telah dilakukan para pelaku industri batik Jonegoro, baik para pelaku langssung (pengarajin batik Jonegoro) maupun para pegiatnya telah mencapai sesuatu yang menggembirakan. Banyak energi telah dicurahkan untuk membawa batik Jonegoro ke arah depan. Namun demikian, upaya tersebut masih tetap harus dilakukan mengingat apabila kita masuk ke dalam dunia persaingan, batik Jonegoro masih belum mampu bersanding dengan para pengrajin-pengrajin batik Jonegoro.
Salah satu masalah utama yang sampai sekarang masih belum mampu dipecahkan adalah besarnya energi dalam memproduksi batik Jonegoro. Baik itu energi yang bersifat materiil, maupun bukan. Selain itu dalam tahap pemasaran, batik Jonegoro juga masih belum mampu mempengaruhi pasar untuk memutuskan memilih opsi beli (buy) produk-produk pengrajin lokal. Dari semua hal negative tersebut, berita positifnya adalah semangat yang tak pernah luntur yang dimiliki oleh para pegiat batik Jonegoro untuk mensukseskan misi mebawa batik Jonegoro bisa bersanding dengan dengan para kompetitor lain dalam skala lokal, maupun produsen batik interlokal yang menjadikan Bojonegoro sebagai pasar.
Energi tersebut terlihat tidak sia-sia dengan temuan alat batik cap murah oleh Muhajir, pemuda yang aktifitas sehari-harinya mendampingi pengrajin batik Jonegoroan binaan Ademos. Alat batik cap temuannya ini telah banyak membuat banyak kalangan bersikap apresiatif karena dianggap mampu menjawab permasalahan yang dihadapi oleh para pengrajin pemula yang tidak memiliki modal besar, sehingga cap batik yang saat ini berharga mahal tidak lagi menjadi keluhan pada pengrajin. tak tanggung-tanggung, salah satu apresiasi tersebut juga diberikan oleh koran Radar Bojonegoro dengan mempublikasikan alat cap batik temuannya pada edisi cetak tanggal 20 Februari 2016. Hal ini wajar adanya mengingat inisiatif dalam membuat cap batik diawali dengan keprihatinan terhadap pengrajin batik Jonegoro yang tidak mampu membeli alat batik cap karena harganya yang mahal, sehingga pengrajin memilih untuk meminjam.
Alat yang ditemukan pemuda asal Desa Panjunan Kecamatan Kalitidu tersebut memang cukup membantu pengrajin batik Jonegoroan, karena hanya dengan biaya yang kurang lebih sekitar Rp 50.000,- sudah dapat membuat alat cap batik. Angka tersebut sangat murah bila dibandingkan dengan alat cap batik buatan Solo yang untuk memilikinya harus mengeluarkan uang jutaan rupiah.
Hal tersebut yang membuat pengrajin tidak mau membeli alat cap batik dan lebih memilih meminjam kepada pengrajin lain. “Berawal dari itu kemudian muncul inisiatif untuk membuat alat cap batik yang murah namun tetap memiliki kualitas yang bagus,” ujarnya.
Kemudian Muhajir berusaha keras untuk menjawab keluhan pengrajin, dan pada perkembangannya terciptalah alat cap batik murah. Bahannya juga sangat mudah untuk didapatkan, yaitu papan triplek berbentuk kotak persegi berukuran 15 x 15 cm, yang kemudian dipaku dan selanjutnya dibuat motif batik yang diinginkan dengan lempengan tembaga. Setelah motif yang dibuat jadi, kemudian diberi bahan casting (gypsum) putih yang telah diencerkan dengan air terlebih dahulu. Setelah proses-proses tersebut dilakukan, langkah selanjutnya adalah pengeringan. Proses pengeringan juga tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya sekitar 15 menit gypsum telah memadat dan menempel pada triplek.
Langkah terakhir yaitu pemasangan gagang pintu kayu dengan dipaku pada sisi triplek bagian atas sebagai pegangan. Setelah semua tahap telah dilakukan, alat cap batik pun sudah siap untuk dilakukan.
Meski dibuat dengan bahan sederhana, Muhajir memastikan batik yang dihasilkan dari alat buatannya tetap bagus, karena tembaga yang telah direkatkan ke triplek dengan menggunakan gypsum sangat kuat yang tidak mudah bengkok, sehingga tinggal dicelupkan dalam cairan malam yang telah dipanaskan dengan wajan khusus.
Dengan alat cap batik buatannya tersebut, Muhajir berharap masalah yang selama ini dihadapi pengrajin, yakni mahalnya harga alat cap batik, terkurangi.
“Harapan saya, dengan alat cap batik yang saya buat ini, para pengrajin dapat memiliki alat cap batik dengan biaya yang murah, sehingga tidak perlu meminjam lagi ke pengrajin lainnya,” demikian Muhajir.
Oleh A. Shodiqurrosyad