Prevalensi sindrom metabolik dan musculoskeletal disorder pada pekerja cenderung meningkat pada era globalisasi karena sikap kerja yang tidak ergonomis terutama pada pekerja home industry yang tidak mempunyai standar kerja.
Sebagai upaya dukungan terhadap program pemerintah, tim pengabdian masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang beranggotakan Erni Astutik, S.K.M., M.Epid, Shintia Yunita Arini, S.KM., M.KKK, dan Dominikus Raditya Atmaka, S.Gz., M.PH, berkolaborasi dengan Ademos berhasil melaksanakan kegiatan pengabdian dengan mengusung tema besar “Upaya Peningkatan Kesehatan Keluarga (Pencegahan Sindrom Metabolik dan Peningkatan Kesehatan Kerja) Pada Pekerja Home Industry”.
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama dua hari, Senin (6/9/2021) dan Selasa (7/9/2021) secara door to door. Sasaran dari kegiatan pengabdian masyarakat adalah pekerja home industry batik mitra inovasi Ademos Bojonegoro.
“Kami melaksanakan pengmas pada pekerja home industry batik karena banyak pekerja home industry yang bekerja penuh waktu dan bekerja secara statis serta repetitif sehingga mempunyai risiko tinggi terkena penyakit seperti sindroma metabolik dan gangguan muskoseletal,” ujar Erni Astutik, S.KM., M.Epid saat diwawancarai oleh tim FKM News pada Selasa (21/9/2021).
Penelitian yang dilakukan oleh Shintia Yunita Arini, S.KM., M.KKK, selaku tim pengabdian masyarakat (pengmas) pada pekerja home insdustry batik di Bojonegoro juga menemukan fakta bahwa sikap kerja pekerja masih kurang ergonomis yang dapat berisiko mengalami gangguan muskoskeletal. Pekerja juga melakukan pekerjaan lebih dari 8 jam yang menyebabkan tingginya perilaku sedentari yang menyebabkan kurangnya aktvitas fisik sehingga akan mudah menderita salah satu penyakit sindroma metabolik. Perilaku kerja demikian dapat mengganggu produktivitas pekerja yang berakibat menurunnya kesehatan keluarga.
Rangkaian kegiatan pengmas berupa pemberian pre-test dan post-test, edukasi kepada pekerja home industry batik terkait pencegahan sindrom metabolik dan kesehatan kerja, serta evaluasi oleh tim pengabdian masyarakat. Kegiatan itu sekaligus sebagai ajang pemberian buku saku tentang upaya peningkatan kesehatan keluarga.
Kegiatan itu diharapkan dapat membantu meningkatkan kesehatan keluarga pada pekerjan home industry batik dan dapat membantu pemerintah dalam menurunkan prevalensi sindrom metabolik dan musculoskeletal disorder di masyarakat.
“Kami berharap pelaksanaan kegiatan ini juga dapat mendukung SDGs 3 (ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages) dan juga SGs 17 (partnerships for the goals),” pungkas Erni Astutik, S.KM., M.Epid.
Ademos sendiri berharap kolaborasi ini dapat berlanjut dan disambung dengan kolaborasi lainnya.
“Sehingga khazanah keilmuan yang dimiliki Perguruan Tinggi dapat bermanfaat bagi masayarakat secara nyata,” harap Sekretaris Ademos A. Shodiqurrosyad. Ia juga mengundang dosen dan civitas akademika, baik dari Unair maupun kampus lain di Indonesia dan luar negeri untuk berkolaborasi dengan Ademos dalam meningkatkan inovasi di Indonesia.
“Kami membuka pintu kami selebar-lebarnya untuk itu,” pungkasnya