Namanya Nur Afidhatul Mu’awanah tapi kerap disapa Fido. Perempuan mandiri yang selalu tampil energik ini lahir dan dibesarkan di Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem, pemukimannya berlokasi di satu wilayah dengan wisata legendaris Bojonegoro yakni wisata api abadi Kahyangan Api. Terlahir sebagai anak desa dan dipersunting orang desa pula, tak menyurutkan langkah Fido untuk mendapatkan rejeki kota. Pada tahun 2013, petualangan Fido meniti karir di bidang insutri kreatif ia mulai. Fido adalah salah seorang perajin batik binaan Exxonmobil Cepu Limited (bermitra dengan Ademos) yang mendapatkan pelatihan teknik membatik pada tahun 2013 silam. Ia bersama dengan 23 peserta lainnya mendapatkan pelatihan teknik membatik serta seperangkat alat dan bahan membatik.
Selama hampir lima tahun bergelut di dunia batik, jatuh bangun pun dialami oleh Fido. Mulai dari sepinya pasar, banyaknya pesaing hingga kegagalan produksi, sudah pernah ia lewati. Tapi baiknya adalah, dalam setiap jatuh Fido tidak pernah ogah untuk bangun lagi. Justru setiap tantangan yang datang ia jadikan sebagai pemacu semangat untuk terus berbenah dan semakin meningkatkan kualitas produknya agar tak kalah saing di pasaran. Alhasil, kain batik produksi Griya Batik Kahyangan lebih variatif karena mengedepankan inovasi dan kreasi. Kain batik yang dihasilkan tidak monoton, tanpa meninggalkan 14 motif pakem batik Jonegoroan, Fido mengkombinasikan motif-motif tersebut dengan batik tulis sesuai dengan daya kreatifitasnya.
Dalam rangka meningkatkan kemampuannya untuk membatik serta memperbaiki kualitas produknya, Fido tidak pernah absen untuk mengikuti pelatihan-pelatihan teknik membatik. Ia pernah datang ke Solo khusus untuk belajar tentang teknik pewarnaan sintetis, ia juga mengunjungi Yogyakarta dan Tuban utuk mempelajari teknik pewarnaan alam, serta mengikuti pelatihan batik teyeng di Sidoarjo. Tahun lalu Fido juga turut terlibat dalam jambore batik yang diadakan di Probolinggo Jawa Timur. Di sana ia tidak hanya bertemu dengan perajin lokal Bojonegoro Lamongan Tuban dan sekitarnya tetapi juga perajin batik handal dari Pulau Madura yang produk-produk batiknya sudah dikenal di kancah nasional maupun internasional. Pertemuannya dengan perajin-perajin handal dari berbagai penjuru merupakan kesempatan baginya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya, ia tidak pernah segan untuk menanyakan apapun yang ingin ia ketahui tentang batik-batik yang sudah mendunia itu.
Selain belajar tentang teknik membatik serta pewarnaannya, Fido juga belajar tentang teknik pemasaran produk secara online. Dalam proses belajarnya tersebut ia juga mendapatkan ilmu tentang teknik memfoto produk agar terlihat menarik sehingga mengundang gairah konsumen untuk membeli produk. Fido juga belajar tentang administrasi keuangan bisnis sehingga usaha yang sedang ia kembangkan ini bisa menjadi lebih besar lagi jika keuangannya diatur sedemikian rupa. Dengan mengatur keuangan usahanya, ia mampu mengumpulkan modal untuk membeli alat-alat untuk membatik terutama cap batik yang desainnya tidak monoton dan sudah dimodifikasi. Lebih jauh lagi uang laba hasil produksi batik yang ia tabung kini, ia berharap dapat mewujudkan cita-cita terdekatnya untuk membuat sebuah galeri batik.
Ditetapkannya ia sebagai penerima manfaat program pemberdayaan dari Exxonmobil Cepu Limited pada tahun 2013 silam, tidak lantas membuatnya terus bergantung pada keberadaan program. Baginya keswadayaan adalah suatu keharusan karena dengan begitu akan tumbuh rasa memiliki dan niat yang kuat untuk memajukan usaha batik tersebut.
“Mindset awal saya bentuk bahwa sebuah program punya pemetaan waktu. Kalau kita murni mengandalkan program maka jikalau program berakhir apa usaha akan berakhir pula?,” Kata Fido saat dihubungi oleh salah satu kader sinau bareng
Seiring dengan tumbuh kembangnya usaha batik yang ia rintis, Fido tidak berharap dapat menikmati hasil usahanya ini untuk dirinya dan keluarganya saja. Lebih dari itu Fido berharap ada orang lain yang turut menikmati hasil dari setiap peluh dan keringat yang ia teteskan.
“Saya berharap dengan mengembangkan usaha ini saya bisa melestarikan budaya membatik di desa saya, mengurangi jumlah pengangguran khususnya ibu-ibu yang hanya mengandalkan perolehan dari menjadi buruh tani dan pemberian suami, saya juga berharap akan ada regenerasi usaha ini oleh pemuda pemudi khususnya mereka yang putus sekolah karena himpitan ekonomi,” Ucap Fido
Langgengnya suatu usaha dan ketulusan hati si pemilik untuk berbagi akan memunculkan benih-benih kesejahteraan yang diciptakan dari lokal oleh lokal dan untuk lokal. (*adm/ademos)