Desa Dolokgede dikenal memiliki potensi sumber daya lokal yang melimpah, terutama pada sektor pangan dan produk pertanian. Sayangnya, potensi besar ini masih banyak yang dimanfaatkan hanya pada skala produksi kecil dan pasar lokal, atau berhenti di perdagangan bahan mentah. Salah satu contohnya adalah komoditas pisang. “Tercatat setiap pekan lebih 20 truk membawa pisang mentah ke industri besar kota Surabaya untuk selanjutnya diolah menjadi pangan olahan seperti tepung pisang, makanan bayi, kripik komersial dan lain sebagainya.”
Sementara itu, geliat UMKM pengolah pangan awetan berbahan dasar lokal mulai tumbuh dengan baik. Namun, tantangan besar masih membayangi, mulai dari keterbatasan inovasi dalam pengolahan, penerapan standar kualitas, hingga desain kemasan yang kurang kompetitif. Padahal, seperti diungkapkan, “Kemasan selain berfungsi sebagai wadah dan memberi perlindungan terhadap produk, namun lebih dari itu kemasan dapat menjadi agen promosi, ambassador sebagai penyampai pesan terhadap imaginasi dan nilai-nilai yang mau disampaikan oleh pemilik produk.”

Tantangan Menuju Pasar Global
Kurangnya pemahaman pelaku usaha tentang standar ekspor menjadi hambatan serius. Hal ini meliputi aspek keamanan pangan, regulasi internasional, hingga desain dan fungsi kemasan yang sesuai pasar global. Kemasan yang kurang inovatif dan tidak memenuhi standar internasional sering kali menutup peluang bagi produk lokal untuk meningkatkan nilai tambahnya.
Di sisi lain, di perguruan tinggi seperti IPB University, tersimpan ratusan inovasi hasil riset para guru besar, dosen, dan peneliti yang siap diterapkan di dunia nyata, khususnya untuk mendukung UMKM. “Gap ini menjadi solusi yang bersambung bagi program Dosen Pulang Kampung untuk memberikan ruang bagi para innovator IPB untuk mendarmakan hasil inovasinya bagi masyarakat.”
Inisiatif ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDGs), terutama SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), serta SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
Sekolah Inovasi Pangan dan Kemasan Berkelanjutan
Menjawab tantangan tersebut, lahirlah program “Sekolah Inovasi Pangan dan Kemasan Berkelanjutan”, sebuah langkah strategis untuk mendorong transformasi produk lokal Desa Dolokgede dan sekitarnya agar mampu menembus pasar ekspor.
Program ini akan memberikan edukasi dan pelatihan bagi masyarakat, pelaku UMKM, dan petani lokal, mencakup inovasi produk, penerapan teknologi pengemasan modern, serta pemenuhan standar ekspor. Dengan pendampingan intensif, produk lokal diharapkan tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga tampil percaya diri di pasar internasional. “Dengan adanya pendampingan ini, diharapkan produk lokal Desa Dolokgede dan sekitarnya tidak hanya mampu bersaing di pasar lokal dan domestik tetapi juga dapat menembus pasar internasional, sehingga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.”
Kolaborasi Lintas Sektor
Program ini terwujud berkat kolaborasi antara IPB University — yang melibatkan Prof. Dr. Endang Warsiki, S.TP., M.Si, Prof. Dr. Chusnul Arif, STP, M.Si, Brilliant Cahya Puspasari, S.Tr.Kes., M.Biomed, dan Fithriya Yulisiasih Rohmawati, S.Si., M.Si — bersama Ademos Indonesia (ademosindonesia.or.id) dan PT Thara Jaya Niaga (tharajayaniagaholding.com).
Sinergi ini diharapkan mempercepat hilirisasi produk lokal, membuka peluang ekspor yang lebih luas, dan membangun ekosistem industri pangan yang berkelanjutan sekaligus berdaya saing tinggi.